Secara konstitusional falsafah pancasila diwujudkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk mendapatkan pendidikan serta usaha pemerintah untuk menyelenggarakan
suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang.
Mengacu pada sistem
pendidikan nasional, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang tergolong ke
dalam jalur pendidikan formal. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan formal (sekolah) terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan awal dari jenjang-jenjang
pendidikan selanjutnya (pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi) dan merupakan fondasi bagi keberhasilan dalam
mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya serta fondasi bagi pembentukan
manusia Indonesia secara keseluruhan. Melalui pendidikan dasar, manusia
Indonesia dipersiapkan untuk memperoleh bekal kemampuan dasar dalam mewujudkan
kualitas kehidupan yang wajar serta mampu mengembangkannya.
Salah satu unsur yang
memiliki peranan penting dalam upaya mewujudkan pendidikan dasar yang
berkualitas adalah guru. Guru sangat berperan dalam mencapai
keberhasilan pendidikan. Sekolah dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan awal,
menuntut peran guru seefektif mungkin. Guru bisa dikatakan sebagai kunci utama yang
menentukan terhadap kesuksesan pendidikan di SD. Untuk itu sebagai
guru kelas dan sumber model, guru SD harus memiliki kualifikasi tertentu yang memadai,
serta memiliki kompetensi dan ciri-ciri yang berbeda dibandingkan dengan
profesi lain.
Dalam Undang-undang No.
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa “seorang guru
harus memiliki beberapa kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”. Untuk itu, para guru
sangat diharapkan memiliki kompetensi-kompetensi tersebut untuk meningkatkan
kualitasnya sebagai pendidik.
Salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik, maka guru harus mampu meramu
pembelajaran dan menyajikannya menjadi sesuatu hal yang menarik, efektif, inovatif,
dan menyenangkan.
Menurut Peter
Kline (Herowo:2005:15), sekolah harus menjadi ajang
kegiatan yang paling menyenangkan di setiap kota dan
anak-anak akan sangat cepat
belajar jika mereka
dibimbing untuk menemukan sendiri
prinsip-prinsip belajar itu. Bobbi
De Potter dan
Mike Hernacki, dalam Quantum
Learning (199:12), membiasakan kegembiraan dapat
membangun emosi positif. Siapa yang dapat membangun emosi
positif dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan emosi suasana gembira. Lebih lanjut
Bobbi de Potter menjelaskan, emosi
positif akan membuat
otak dapat bekerja secara maksimal.
Memaksimalkan kinerja
otak secara keseluruhan, dengan menyeimbangkan kedua belah otak kiri dan kanan
akan mempertajam pemahaman dan daya ingat. Menurut Rahmi Sofa dalam situs
https://www.linkedin.com/pulse/perbedaan-fungsi-otak-kanan-kiri-rahmi-sofa-ilc,
“Otak kiri dan otak
kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak
kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas
sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.”
Selain
itu, dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu memfasilitasi macam-macam
gaya belajar siswa agar semua siswa dapat memaksimalkan potensi yang ada pada
dirinya. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Sekurang-kurangnya ada tiga macam gaya belajar yaitu; gaya belajar visual
(belajar dengan cara melihat), gaya belajar auditori (belajar dengan cara
mendengar), dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja,
dan menyentuh).
Menurut pengalaman
peneliti di lapangan, dalam pembelajaran Matematika khususnya pada pembelajaran
perkalian di kelas II SD, siswa kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini terlihat dari kurang tertariknya siswa pada kegiatan
pembelajaran yang disajikan guru. Pada umumnya kesulitan yang dialami siswa
pada pembelajaran perkalian yaitu siswa belum bisa menghapal dan mengingat
perkalian dengan cepat meskipun siswa sudah memahami konsep perkalian tersebut.
Hal ini disebabkan kurang aktifnya siswa dalam proses menghapal perkalian sehingga
siswa mengalami kesulitan dalam menyimpan informasi dan cenderung mudah lupa.
Tentu saja ini merupakan kendala yang harus diatasi oleh para guru demi tercapainya
pembelajaran yang berkualitas.
Berdasarkan pemaparan di
atas maka perlu adanya suatu inovasi pembelajaran yang akan mengembangkan
kemampuan guru dalam mengajar dan memberikan pembaharuan pembelajaran sehingga
siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Selain itu perlu kiranya seorang guru menerapkan metoda dan teknik
yang tepat untuk memaksimalkan kinerja otak secara keseluruhan dan mampu
memfasilitasi macam-macam gaya belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Teknik Menghapal Melalui Gerakan Tubuh Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok
Bahasan Perkalian”.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas II SDN Jelegong 02 Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.
Bertolak pada pandangan
tersebut, dengan teknik
menghapal melalui gerakan tubuh
diharapkan dapat memaksimalkan kinerja otak secara keseluruhan, mampu
memfasilitasi macam-macam gaya belajar siswa dan menambah keaktifan siswa dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
A.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan latar
belakang serta pokok permasalahan di atas, maka permasalahan pokok yang harus
ditemukan jawabannya adalah bagaimana penerapan teknik menghapal melalui
gerakan tubuh pada pembelajaran perkalian di kelas II SD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa?
Adapun sub pertanyaan
yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana mengembangkan teknik mengahapal melalui gerakan tubuh dalam
pembelajaran Matematika pada materi perkalian?
2.
Bagaimana hasil belajar siswa kelas II SD dalam pembelajaran Matematika
pada materi perkalian dengan menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh?
B.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Matematika di SD dengan penerapan teknik menghapal
melalui gerakan tubuh yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam pembelajaran perkalian.
Secara khusus penelitian ini bertujuan:.
a.
Untuk mengetahui teknik menghapal yang tepat dalam pembelajaran Matematika
pada materi perkalian.
b.
Untuk mengembangkan teknik menghapal melalui gerakan tubuh dalam
pembelajaran Matematika dengan materi perkalian pada siswa kelas II SD.
c.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas II SD dalam pembelajaran Matematika
pada materi perkalian dengan menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh.
2.
Manfaat
Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang terkait dengan pendidikan, terutama guru dan siswa kelas II SD yang
terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas. Adapun manfaat hasil penelitian
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Bagi siswa
1)
Akan memotivasi siswa agar lebih meningkatkan hasil belajar
2)
Meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran
3)
Memupuk kerjasama dan saling menghargai
4)
Meningkatkan hasil belajar siswa pada pemebalajaran matematika
b.
Bagi Guru
1)
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran Matematika
2)
Dapat merancang pembelajaran Matematika pada materi perkalian dengan
menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh
c.
Bagi sekolah
1)
Sebagai acuan dalam mengembangkan dan menentukan bahan pembelajaran,
2)
Memberi masukan dalam membuat program dan pelaksanaan proses pembelajaran
Matematika.
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
dalam penelitian ini sebagai berikut : “Jika pembelajaran Matematika pada materi
perkalian dilakukan dengan menerapkan teknik menghapal melalui gerakan tubuh
maka hasil belajar siswa akan meningkat”.