Monday, November 18, 2019

Latar Belakang PTK

Secara konstitusional falsafah pancasila diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan serta usaha pemerintah untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang tergolong ke dalam jalur pendidikan formal. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal (sekolah) terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan awal dari jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya  (pendidikan menengah dan pendidikan tinggi) dan merupakan fondasi bagi keberhasilan dalam mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya serta fondasi bagi pembentukan manusia Indonesia secara keseluruhan. Melalui pendidikan dasar, manusia Indonesia dipersiapkan untuk memperoleh bekal kemampuan dasar dalam mewujudkan kualitas kehidupan yang wajar serta mampu mengembangkannya.
Salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam upaya mewujudkan pendidikan dasar yang berkualitas adalah guru. Guru sangat berperan dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Sekolah dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan awal, menuntut peran guru seefektif mungkin. Guru bisa dikatakan sebagai kunci utama yang menentukan terhadap kesuksesan pendidikan di SD. Untuk itu sebagai guru kelas dan sumber model, guru SD harus memiliki kualifikasi tertentu yang memadai, serta memiliki kompetensi dan ciri-ciri yang berbeda dibandingkan dengan profesi lain.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Untuk itu, para guru sangat diharapkan memiliki kompetensi-kompetensi tersebut untuk meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik, maka guru harus mampu meramu pembelajaran dan menyajikannya menjadi sesuatu hal yang menarik, efektif, inovatif, dan menyenangkan.
Menurut  Peter  Kline  (Herowo:2005:15),  sekolah harus menjadi  ajang  kegiatan  yang  paling menyenangkan  di  setiap  kota dan  anak-anak  akan sangat  cepat  belajar  jika  mereka  dibimbing  untuk menemukan  sendiri  prinsip-prinsip  belajar  itu. Bobbi  De  Potter  dan  Mike  Hernacki,  dalam Quantum  Learning  (199:12),  membiasakan kegembiraan  dapat  membangun  emosi  positif. Siapa yang dapat membangun emosi positif dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan emosi suasana  gembira. Lebih  lanjut  Bobbi  de  Potter menjelaskan,  emosi  positif  akan  membuat  otak dapat bekerja secara maksimal.
Memaksimalkan kinerja otak secara keseluruhan, dengan menyeimbangkan kedua belah otak kiri dan kanan akan mempertajam pemahaman dan daya ingat. Menurut Rahmi Sofa dalam situs https://www.linkedin.com/pulse/perbedaan-fungsi-otak-kanan-kiri-rahmi-sofa-ilc,  “Otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.”
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu memfasilitasi macam-macam gaya belajar siswa agar semua siswa dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Sekurang-kurangnya ada tiga macam gaya belajar yaitu; gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar auditori (belajar dengan cara mendengar), dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Menurut pengalaman peneliti di lapangan, dalam pembelajaran Matematika khususnya pada pembelajaran perkalian di kelas II SD, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kurang tertariknya siswa pada kegiatan pembelajaran yang disajikan guru. Pada umumnya kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran perkalian yaitu siswa belum bisa menghapal dan mengingat perkalian dengan cepat meskipun siswa sudah memahami konsep perkalian tersebut. Hal ini disebabkan kurang aktifnya siswa dalam proses menghapal perkalian sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyimpan informasi dan cenderung mudah lupa. Tentu saja ini merupakan kendala yang harus diatasi oleh para guru demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas.
Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu adanya suatu inovasi pembelajaran yang akan mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar dan memberikan pembaharuan pembelajaran sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Selain itu perlu kiranya seorang guru menerapkan metoda dan teknik yang tepat untuk memaksimalkan kinerja otak secara keseluruhan dan mampu memfasilitasi macam-macam gaya belajar siswa.  Oleh sebab itu peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar  Siswa Dengan Menggunakan Teknik Menghapal Melalui Gerakan Tubuh  Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Perkalian”. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas II SDN Jelegong 02  Kecamatan Kutawaringin  Kabupaten Bandung.
Bertolak pada pandangan tersebut, dengan teknik menghapal melalui gerakan tubuh  diharapkan dapat memaksimalkan kinerja otak secara keseluruhan, mampu memfasilitasi macam-macam gaya belajar siswa dan menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.


A.    Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang serta pokok permasalahan di atas, maka permasalahan pokok yang harus ditemukan jawabannya adalah bagaimana penerapan teknik menghapal melalui gerakan tubuh pada pembelajaran perkalian di kelas II SD dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
Adapun sub pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana mengembangkan teknik mengahapal melalui gerakan tubuh dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian?
2.   Bagaimana hasil belajar siswa kelas II SD dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian dengan menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh?
B.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SD dengan penerapan teknik menghapal melalui gerakan tubuh  yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam pembelajaran perkalian. Secara khusus penelitian ini bertujuan:.
a.       Untuk mengetahui teknik menghapal yang tepat dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian.
b.      Untuk mengembangkan teknik menghapal melalui gerakan tubuh dalam pembelajaran Matematika dengan materi perkalian pada siswa kelas II SD.
c.       Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas II SD dalam pembelajaran Matematika pada materi perkalian dengan menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh.
2.      Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan, terutama guru dan siswa kelas II SD yang terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas. Adapun manfaat hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.    Bagi siswa
1)   Akan memotivasi siswa agar lebih meningkatkan hasil belajar
2)   Meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran
3)   Memupuk kerjasama dan saling menghargai
4)   Meningkatkan hasil belajar siswa pada pemebalajaran matematika
b.   Bagi Guru
1)      Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika
2)      Dapat merancang pembelajaran Matematika pada materi perkalian dengan menggunakan teknik menghapal melalui gerakan tubuh
c.    Bagi sekolah
1)      Sebagai acuan dalam mengembangkan dan menentukan bahan pembelajaran,
2)      Memberi masukan dalam membuat program dan pelaksanaan proses pembelajaran Matematika.
C.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Jika pembelajaran Matematika pada materi perkalian dilakukan dengan menerapkan teknik menghapal melalui gerakan tubuh maka hasil belajar siswa akan meningkat”.

LOGO KAB. BANDUNG